Wednesday, May 14, 2008

Dimanakah Letak Kebahagiaan

Kita seringkali berbicara mengenai hidup yang penuh kebahagiaan. Senyum simpul yang menyejukkan, tawa renyah yang menghibur hingga perkataan yang bersemangat seakan-akan menjadi simbol hadirnya kebahagiaan itu dalam diri seorang individu.



Kebahagiaan adalah sesuatu yang abstrak, berbagai definisi dan asumsi bertebaran. Namun, bila diijinkan ikut merumuskan. Maka, definisi dari Afifah Afra dalam buku ‘and The Star Is Me’ bahwa kebahagiaan adalah dekatnya jarak antara idealita dan realita cukup tajam menembak pusat definisi kebahagiaan itu sendiri. Kita seringkali (hanya) berbahagia manakala apa yang kita harapkan (idealita) berkesuaian (atau minimal mirip) dengan kenyataan yang kita hadapi (realita). Hal itu pula yang menjadikan kita amat menyesali diri saat menemui kegagalan. Kita lupa bahwa seringkali mimpi kita pun terlalu tinggi di langit, kita lupa bahwa ada hal-hal yang tidak mungkin dapat kita capai dengan ‘realita’ potensi yang ada pada diri kita. Seharusnya, klita tak boleh sedikitpun memaki keadaan, karena inilah kenyataan yang harus kita hadapi meski pahit sekalipun.



Saya juga mendapat pelajaran dari film CJ7, yang dibintangi Stephen Chow. Film yang dengan apik mengisahkan kehidupan seorang buruh bangunan bersama anak semata wayangnya. Rasa cintanya pada sang anak menjadikan buruh tersebut melawan ‘takdir’ dengan menyekolahkan anaknya di sekolah orang-orang kaya. Kesemua hal tersebut dilakukan semata-mata hanya tuk mengharapkan sang anak mampu mengubah kehidupannya sendiri di masa depan. Di film ini, bahkan orang yang tak memiliki harta sekalipun dapat merasakan kebahagiaan. Kebahagiaan bagi orang-orang seperti di atas hadir pada komitmen tuk selalu berkata jujur, berbuat baik terhadap orang lain dan tentunya tawakkal dengan apa yang Alah berikan.



Kebahagiaan tak berhubungan dengan kuantitas harta, kawan. Begitu banyak ‘petaka’ dalam keluarga di sekitar kita hadir saat harta melimpah. Begitu banyak kawan sesama pelajar yang justru gagal dalam akademis saat hidup di bawah kemilau harta.



Seringkali kita saya berkesimpulan bahwa cinta pun membawa kebahagiaan. Senyum yang mengembang saat melihat sang bidadari menjadi pertanda hadirnya kebahagiaan. Saat dia hadir seakan-akan tak ada tempat di dunia ini yang monokrom, semuanya berwarna-warni penuh keindahan. Namun, seringkali pula kebahagiaan itu tak langgeng karena saat cinta hilang, mendadak dunia terasa menghimpit tak menyisakan tempat.



Saya jadi berpikir, dimana sebenarnya kebahagiaan itu terletak? Saya menjadi curiga bahwa kebahagiaan bersembunyi di lubuk hati manusia. Di hadir saat manusia selalu bersyukur atas segala nikmatNya. Dan dia juga hadir saat manusia tak pernah mengeluh akan segala keterbatasan yang ada.



Saya hanya ingin berbahagia kawan, sama seperti saat saya berharap anda semua kan berbahagia menjalani hidup ini. Kebahagiaan sama pentingnya dengan makanan saat kita lapar, kebahagiaan sama pentingnnya dengan obat saat kita sakit. Karena kebahagiaan merupakan sumber cahaya yang tak pernah padam tuk menerangi jalan kehidupan.

1 comment:

Anonymous said...

kebahagian itu g' ada letaknya, tapi kita lah yang mencarinya